Abstrak
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena
kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi
pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia
uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
Keywords: Atonia Uteri, post partum, miometrium
History
Seorang Perempuan berumur 31 tahun , dibawa ke RS oleh keluarganya, dan didapatkan autoanamnesis dan alloanamnesis : Perdarahan banyak setelah melahirkan,
dari keterangan didapatkan keluarga Pasien datang pukul 04.05 kiriman
bidan dengan keterangan post partus spontan beberapa jam yang lalu
dengan placenta akreta. Bayi lahir spontan Perempuan , 3000gram Apgar
skor tidak diketahui. Plasenta lahir dengan manual dan kesan tidak
lengkap, masih tertinggal didalam rahim. Perdarahan keluar banyak,
pasien tampak kesakitan dan lemah.
Dari anamnesis didapatkan Riwayat Diabetes Melitus(-), Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-), Asma (-).
Riwayat obstetri pasien Menarche usai12 tahun, menstruasi teratur
sekali tiap bulan, lama haid 7 hari, dismenore (+) keputihan (-). dari
pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan Darah 70/40 mmHg, Nadi 125 kali / menit ,Frekuensi Nafas 20 kali / menit, Suhu Afebris
Diagnosis
Syok hemoragic oleh karena Perdarahanpost partum dini oleh karena retensi sisa placenta post partus spontan P1A0H0.
Terapi
Pada pasien ini dilakukan tindakan Perbaiki KU kemudian dilakukan tindakan Manual placenta, pemberian Oksigen 3-4liter/menit, Infus RL dua jalur dan oksitoksin 5IU dalam 500ml RL
Diskusi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari
500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala
IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). Dalam
persalinan sukar untuk menentukan jumlah darah secara akurat karena
tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian atau kain alas.
Oleh karena itu bila terdapat perdarahan lebih banyak dari normal, sudah
dianjurkan untuk melakukan pengobatan sebagai perdarahan postpartum.
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum
adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis.
Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan
ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin
secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
perdarahan yang terjadi. Penanganan umum pada perdarahan post partum adalah Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk), Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan), Lakukan
observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang
persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya
(di ruang rawat gabung), Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat, Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi,
Atasi syok Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,
lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus
20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit, Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
Kesimpulan
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan dari hasil anamnesa, dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesa diketahui bahwa bahwa pasien mengalami
perdarahan setelah melahirkan pervagina, perdarahan banyak dan diduga
akibat bagian dari placenta yang masih tertinggal didalam
rahim. Dari pemeriksaan fisik didapatkan finggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusar dengan kontaksi baik, hal ini menguatkan diagnosa
perdarahan post partum oleh karena retensi sisa placenta kerena pada
atonia uteri didapatkan uterus lembek dan tidak ada kontraksi, pada
pemeriksaan dalam didapatkan sisa-sisa jaringan placenta, hal ini
semakin menguatkan diagnosis perdarahan post partum oleh karena retensi
sisa placenta.perdarahan yang terjadi hanya beberapa jam setelah
persalian( kurang dari 24 jam menunjukkan bahwa perdarahan post partum
yang terjadi adalah dini. Terapi pada kasus ini pada prinsipnya dalah
menghentikan perdarahan dan mengganti darah yang hilang dengan cairan
fisiologis dan tranfusi darah. Pada retensi sisa placenta
cara menghentikan perdarahannya adalah dengan menghilangkan / mengambil
placenta yang masih tertinggal dalam uterus dengan cara manual atau
kuretase.
Referensi
1. Eastman, N.J., 1956, William Obstetrics (edisi 18), Apleton - Century -- Crofts, New York EGC, Jakarta
2. Bandung Wibowo, B., & Wiknjosastro, G.H., 1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar